MAKALAH
METODE MENGAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS
METODE – METODE UNTUK MENGAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengingat mengajar pada hakekatnya
merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar yang harmonis dan
menyenangkan, maka diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar
mengajar guru dengan perkataan lain proses belajar mengajar merupakan proses
intraksi edukatif antara guru dengan siswa dengan menciptakan suasana belajar
mengajar yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut oleh sebab itu
metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar
bagi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Mengajar
Al-Qur’an dan Hadits
Sebelum membicarakan prinsi-prinsip
metede mengajar Al-qur’an hadits, terlebih dahulu perlu dibicarakan pengertian
metode mengajar. Prof. DR. Ramayulis (2001 : 2) berpendapat bahwa metode adalah
cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu
dan metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak
supaya dapat mencapai tujuan belajar dan mengajar.
Menurut Drs. A. Muardi Chatib dan
Drs. Paimun dalam buku Metodik Al-Qur’an Hadits (1982/1983 : 39) metode
mengajar adalah alat atau cara untuk mencapai tujuan pengajaran, artinya tidak
jauh beda dengan pendapat Prof. DR. Ramayulis.
Sedangkan pengajaran Al-quran Hadits
adalah kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-quran Hadits didalam proses
pendidikan. Jadi metode mengajarkan Al-quran Hadits adalah memberikan tuntunan
tentang jalan yang harus ditempuh didalam kegiatan menyampaikan materi ilmu
Al-quran Hadits kepada anak didik.
B. Metode Mengajar Al-Qur’an dan
Hadits
Ketika mendengar nama salah satu
pelajaran yang ada di madrasah ataupun di pesantren, yakni pelajaran Al-Qur’n
Hadis, mungkin akan terbayang di benak kita sebuah pelajaran yang membosankan
dan menjemukan. Ya, pantas saja kesan tersebut segera menyeruak dalam benak
kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang disampaikan dengan cara dan
metode yang membosankan. Metode yang ditempuh oleh guru yang membimbing mata
pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak ada perubahan sama sekali.
Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah guru atau ustaz yang menjemukan
dan membuat ngantuk, atau menghafal rangkaian ayat Al-Qur’an dan hadis. Itulah
rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang selama ini terjadi.
Melihat tradisi pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang barusan disebut, pantas dan
sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan bosan.
Dalam kegiatan mengelola interaksi
belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni
kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan program tersebut
kepada anak didik. Seorang guru harus mampu memilih dan memilah strategi apa
yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut haruslah disesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan.
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan
bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad saw juga menggunakan strategi – strategi:
ادْعُ
إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya : Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125)
Strategi pembelajaran berkaitan erat
dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan
dengan tujuan agar siswa mendapat suatu pengetahuan yang bersifat kognitif,
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif yaitu strategi yang dapat
membuat siswa menjadi lebih aktif sejak memulai pelajaran sampai selesai.
Jika mencermati dunia pendidikan
Barat, setiap waktu muncul silih berganti aneka inovasi pembelajaran. Usaha
yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan Barat ini bertujuan
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberdayakan siswa,
sekaligus mencerahkan. Berikut ini antara lain inovasi para praktisi pendidikan
Barat: quantum learning temuan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki; quantum
teaching temuan Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nouri;
accelerated learning temuan Dave Meier; multiple intelligences temuan Howard
Gardner, serta contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson.
Ini hanyalah beberapa contoh. Di luar itu masih banyak teori-teori pembelajaran
yang mencerahkan dan memberdayakan.
Jika mencermati teori-teori dan
konsep-konsep pembelajaran di atas, akan tersirat bahwa inti pembelajaran yang
digagas oleh para praktisi pendidikan Barat adalah menciptakan suasana
pembelajaran yang memandang siswa sebagai manusia secara utuh, sebagai subjek
bukan sebagai objek. Dengan demikian, kendali pembelajaran bukan berada di
tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru
hanyalah sebagai fasilitator. Dengan suasana pembelajaran seperti ini, praktis
yang banyak terlibat adalah siswa. Dengan banyak terlibat secara aktif,
otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang
dan bergairah.
Kembali pada metode mengajar
al-qur’an dan hadits yang menyenangkan. Para pembimbing pelajaran Al-Qur’an
Hadis perlu melakukan inovasi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Tujuannya adalah agar suasana pembelajaran tampak baru dan menarik minat para
siswa.
Berikut ini metode untuk menyajikan
pelajaran Al-Qur’an Hadis yang menyenangkan, menggairahkan, dan mencerahkan.
Pertama, pembelajaran Al-Qur’an
Hadis boleh saja mengadopsi teori-teori pembelajaran Barat seperti yang
disebutkan di atas. Misalnya, dengan menerapkan teori pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson. Asumsi dasar teori ini
adalah bahwa seorang pembelajar akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran
jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut. Teori ini dapat
diaplikasikan dengan cara mengaitkan isi dari sebuah mata pelajaran, misalnya
pelajaran Al-Qur’an Hadis, dengan pengalaman para siswa. Dengan cara seperti
ini, para siswa akan mampu menemukan makna dari materi pelajaran yang
dipelajarinya. Jika mereka mampu menemukan makna (kegunaan) dari pelajaran
tersebut, mereka akan lebih antusias dalam belajar, karena mereka mempunyai
alasan untuk belajar.
Kedua, mencoba menggali metode
pembelajaran yang menyenangkan dari sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an
dan hadis. Karena dalam deretan ayat Al-Qur’an dan himpunan hadis Nabi
terkandung metode pembelajaran yang dipakai oleh Allah dan Rasul-Nya dalam
mendidik umat ini.
Sebagai contoh, dalam ‘Ulumul Qur’an
ada materi Qashash Al-Qur’an (kisah-kisah Al-Qur’an) dan Amtsal Al-Qur’an
(tamsil atau permisalan Al-Qur’an). Dua cabang keilmuan Al-Qur’an ini
sebenarnya bisa dijadikan sebagai salah satu strategi pembelajaran Al-Qur’an
Hadis. Dengan metode Qashash Al-Qur’an, pembelajaran Al-Qur’an Hadis akan
tampak lebih menyenangkan dan dramatis. Dan, dengan metode Amtsal Al-Qur’an,
pelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih menghunjam ke dalam sanubari para siswa.
Demikian juga dalam hadis Nabi,
terdapat sekian puluh metode Rasulullah dalam mengajari dan mendidik para
sahabatnya. ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam ar-Rasuul al-Mu‘allim wa Asaalibuhu
fii at-Ta‘liim merangkum sekitar 40 metode pembelajaran Rasulullah. Jika
masing-masing metode pembelajaran Rasulullah ini diimplementasikan dalam
pelajaran Al-Qur’an Hadis, tentu pelajaran tersebut akan lebih menyenangkan dan
menggairahkan.
Salah satu metode pembelajaran
Rasulullah yang disebutkan dalam kitab ini adalah metode interaktif-dialogis
(tanya jawab).
Ketiga, dengan memanfaatkan
teknologi. Misalnya, pembelajaran Al-Qur’an Hadis diselenggarakan dengan
menggunakan LCD dan laptop lewat presentasi power point yang atraktif. Atau,
pembelajaran Al-Qur’an Hadis juga sesekali diselingi dengan pemutaran film
Islami yang inspiratif. Dengan cara seperti ini, insya Allah suasana
pembelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih menyenangkan dan menggairahkan.
Dampaknya, para siswa akan lebih antusias dalam mengikuti dan mencermati
pelajaran Al-Qur’an Hadis.
Ke depan, seorang guru yang
membimbing pelajaran Al-Qur’an Hadis harus lebih inovatif dalam menyajikan
pelajaran Al-Qur’an Hadis. Mereka juga dituntut agar selalu meng-up grade
pengetahuannya, baik pengetahuan tentang materi pelajaran Al-Qur’an Hadis
maupun materi tentang metode pembelajaran. Dengan setumpuk pengetahuan yang
dimiliki, bisa dipastikan para guru akan mampu mengemas pelajaran Al-Qur’an
Hadis dengan lebih baik. Mereka akan lebih atraktif, lebih inovatif, dan selalu
memiliki cara baru dalam menyajikan materi pelajaran Al-Qur’an Hadis.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode adalah cara atau jalan yang
harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar
adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai
tujuan belajar mengajar. Pengajaran Al-qur’an Hadits adalah kegiatan
menyampaikan materi ilmu Al-qur’an Hadits didalam proses pendidikan. Jadi
metode mengajar Al-qur’an Hadits adalah memberikan tuntunan tentang jalan yang
harus ditempuh didalam kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-qur’an Hadits
kepada anak didik.
Kendali pembelajaran bukan berada di
tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru
hanyalah sebagai fasilitator. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis
siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan
bergairah.
Untuk itu metode yang digunakan
harus disesuaikan antara motivasi, kebutuhan, dan minat dengan kematangan,
perbedaan individu, pembawaan anak serta kemampuan anak. Semua prinsip-prinsip
itu harus diperhatikan atau deiketahui oleh seorang guru dalam mengajar
Al-Qur’an Hadits maupun pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ø f
- Al-Qur’anul Karim
·
Chatib,
Muardi dan Paimun: Metodik Al-qur’an Hadits Direktirat Jendral Pembinaan
·
Kelembagaan
Agama Islam Depag 1982/1983.
·
Arief,
Armai: Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Penerbit Ciputat Pers
Jakarta, 2002.
·
Ramayulis,
Metodologi Pengajaran Agama Islam Penerbit Kalam Mulia, 2001.
·
Mansyur,
Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Depag, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar